Selasa, 25 September 2012

Asal-usul Adenium arabicum



Adenium arabicum merupakan tanaman dari habitat asli di sepanjang pesisir pantai semenanjung arab bagian selatan, khususnya arab Saudi dan yemen.
Hal ini yang menjadikan variasi terdapat dua perbedaan tanaman yang datang dari lokasi ini. Yang pertama berasal dari Saudi arabia, dengan bentuk pohon yang sangat tinggi mencapai 12 kaki yang menyerupai adenium somalense dari bentuknya. Sedangkan tanaman yang kedua berasal dari dataran Yemen dengan multi-batang dengan percabangan tumbuh melingkar dari dasar bonggol yang mencapai diameter 3 kaki. Bentuk dari arabicum sangat bervariasi dimana bentuk umum sangat dipengaruhi oleh habitat aslinya dimana dia berasal. Bentuk meninggi seperti pohon biasa juga dis ebut sebagai arabicum pachycaul, sementara yang multi-batang disebut sebagai Arabicum Caudiciform


Dalam pertumbuhannya, tanaman ini memiliki periode tertentu. Kadang, tanaman tidak tumbuh/tidak aktif dan tampak menggugurkan daunnya. Jenis Saudi cenderung lebih bertahan untuk tidak merontokkan daunnya dan akan tumbuh kembali selama musim panas.

Tanaman akan mulai berbunga setelah periode vegetasi berakhir, yaitu sekitar 1 tahun setelah tumbuh dari biji. Jenis saudi tampak lebih segar pada masa tidak aktif, dan lebih sering berbunga daripada jenis Yemen. Ukuran Bunganya bervariasi umumnya berkisar 4 cm.

Perbedaan yang mendasar adalah dari bentuk bonggol (caudex) dan daun yang relatif tebal. Tanaman ini dikategorikan paling succulent dan merupakan species yang menyukai kondisi seperti gurun yang kering dan panas. Adenium arabicum merupakan satu satunya jenis yang paling cocok untuk bonsai karena memiliki pertumbuhan kesamping (penebalan dinding sel) yang lebih besar daripada jenis obesum.

Biji yang dihasilkan terutama berukuran besar yang akan menghasilkan bibit yang dengan cepat membentuk bonggol akar yang keras dan menarik.

Dalam pemuliaan tanaman di Indonesia, Adenium arabicum kemudian didomestifikasi menjadi Arabicum Batang Tunggal dan Arabicum Multibranches. Dasar pengelompokan ini kemudian menurun menjadi nama species. Selanjutnya, setiap hibrid (subspecies) diberi nama oleh masing-masing pemulianya. Baik Pachycaul hibrid maupun caudiciform hibrid memiliki keunggulan sendiri-sendiri yang merupakan dasar pembeda bagi kepentingan hortikultura. 

Zaida Flora, Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar